QR Code

Dewandaru (Eugenia uniflora L.) sering disebut juga Ceremai Belanda , Belimbing londo dan asam selong. Seperti halnya pohon ceremai, Dewandaru termasuk tumbuhan buah yang tergolong familia Myrtaceae. Pohon Dewandaru ditengarai berasal dari pantai timur Amerika Selatan, meliputi Suriname, Guyana, Prancis, Brazil bagian selatan serta sebagian Paraguay, Argentina, dan Uruguay.

Banyak ditemukan di Pulau Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau kecil. Termasuk kerabat dekat dengan jambu air. Memiliki khasiat sebagai obat secara tradisional, serta dapat ditanam sebagai tanaman hias. Buahnya dapat dikonsumsi segar maupun olahan.

Dewandaru  termasuk ke dalam suku Myrtaceae (jambu-jambuan). Habitus tumbuhan ini berupa pohon atau semak, dengan ketinggian mencapai 2-5 meter. Cabangnya ramping dan menyebar, kadang menekuk. Permukaan batang halus dan kulit batangnya mengelupas. 

Pohon Dewandaru memiliki kedekatan dengan pohon ceremai dan karena memiliki buah yang mirip, masyarakat lokal sering tidak bisa membedakan buah dari keduanya. Dewandaru atau banyak disebut ceremai belanda, yang merupakan spesies berbeda dari ceremai biasa (Phyllanthus acidus). Keduanya memiliki nama lokal yang sama di beberapa wilayah, yang sering menimbulkan kebingungan.

FiturDewandaru (Ceremai Belanda)Ceremai lokal
Nama IlmiahEugenia uni floraPhyllanthus acidus
AsalAmerika Selatan (Suriname, brasil, dll)Asia Tenggara
Nama lainCeremai Belanda, Asam Selong, Ptangga.Ceremai, ceremai aceh, Malacca.
Bentuk buahBulat dengan lekukan vertikal (seperti labu kecil).Berbentuk bulat pipih, bercelah 5-8, memiliki rusuk.
Warna buah matangOranye merah, hingga merah tua kehitaman.Asam

Morfologi

  • Batang pohon tegak, berkayu, dengan kulit kayu berwarna cokelat.
  • Daunnya tunggal, berbentuk bulat seperti telur sungsang, pangkal daun membulat, ujung daun meruncing tetapi tumpul, permukaan daun halus dan mengkilat, berlapiskan semacam lilin. Warna daun waktu muda coklat kemerahan, sedangkan waktu tua daunnya berwarna hijau tua. 
  • Bunganya wangi, terletak di ketiak daun dengan jumlah 1-4 bunga. Bunga tanaman dewandaru berwarna krem keputihan atau kuning susu berukutan kecil-kecil dengan diameter 1 cm. Kelopak bunganya berbentuk tabung dengan 4 lekukan dan 8 rusuk. Mahkota bunga berwarna putih dengan panjang 7-11 mm. 
  • Buahnya tergolong buah buni, berbentuk pipih menggantung memiliki 7-8 rusuk seperti lampion. Buahnya berwarna hijau saat muda, lama kelamaan berubah menjadi oranye merah terang, hingga keunguan. Buahnya sedikit lengket, berair, memiliki rasa masam hingga manis. 
  • Biji pada buah memiliki bentuk pipih, berjumlah 1 jika ukuran besar dan berjumlah 2-3 jika ukuran kecil.
  • Akar berupa tunggang dan berwarna coklat.

Dewandaru dapat diperrbanya dengan cara generatif yakni pembibitan dari biji tua. Dewandaru juga dapat diperbanyakan vegetatif memakai stek pucuk, cangkok, okulasi, dan merunduk.

Kandungan Bahan Kimia

Karotenoid, flavonoid, senyawa fenolik, tanin, citronellal, geramyl acetate, geranial, cineole, terpinene, sesquiterpenes, dan polytenes.

Khasiat

  • Daun dan buah dewandaru dimanfaatkan sebagai obat demam, diare, rematik, hipertensi/tekanan darah tinggi, Membantu menjaga daya tahan tubuh, menurunkan kolesterol, mengatasi rasa sakit rematik, antikanker. antitumor, mengobati diare.
  • Daun dewandaru yang diolah kemudian diminum mampu mengobati batuk, bronkitis, dan cacingan.
  • Estrak hidroalkoholik daun dewandaru dapat mengurangi kadar enzim xanthine-oxidase yang memicu terbentuknya asam urat. 
  • Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dewandaru memiliki kemampuan antimikroba, dewandaru mampu menghambat pertumbuhan bakteri misalnya Staphylococcus aureus, dan lainnya. 
  • Buah dewandaru juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit diabetes melitus karena mengandung flavonoid dan fenolik. Flavonoid berfungsi sebagai penurun kadar gula darah. Melalui mekanisme hipoglikemik flavonoid dapat menghambat reabsorbsi gula dari ginjal dan meningkatkan kelarutan gula darah, sehingga mudah diekskresikan melalui urin .
  • Dewandaru memiliki kandungan antioksidan, penangkal radikal bebas, anti bakteri, antiinflamasi, penghambat hidrolisis, dan oksidasi enzim .

Diare

  • Cuci 15 g daun dewandaru segar lalu tumbuk sampai halus. Seduh dengan 1⁄2 gelas air matang dan saring.
  • Minum hasil saringan sehari 2 kali pagi dan sore sama banyaknya.

Pengawetan

  • Kumpulkan daun dewandaru kemudian sortasi basah untuk memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya.
  • Cuci bersih daun di bawah air mengalir sampai bersih kemudian tiriskan.
  • Keringkan dengan cara diangin-anginkan.
  • Haluskan daun yang telah kering hingga menjadi serbuk. Simpan dalam wadah tertutup dan kedap udara.

Gambar

 Sumber : Plantnet, Global Biodiversity Information Facility (GBIF) & Dari berbagai sumber