Bawang putih (Allium sativum) telah diketahui sejak lama dapat digunakan sebagai bumbu masakan dan pengobatan. Bawang putih (Allium sativum) mempunyai aroma yang tajam dan juga mempenyai rasa gurih sehingga banyak disukai dan digunakan sebagai bumbu dalam masakan tradisional di Indonesia.
Hampir setiap masakan khas Indonesia selalu menambahkan bawang putih. Selain sebagai bahan dalam membuat masakan, bawang putih (Allium sativum) ternyata juga digunakan sebagai obat. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan oleh bawang putih adalah asma, penyakit tulang, jantung radang tenggorokan dan alergi
Kandungan penting :
Bawang putih (Allium sativum) mempunyai bahan kimia utama yaitu alliin yang merupakan cysteine sulfoxide dan peptida γ-glutamilcysteine. Bawang putih (Allium sativum) dalam bentuk serbuk berisi 1% alliin (S-allyl cysteine sulfoxide). Salah satu bentuk aktif bawang putih (Allium sativum) adalah allicin (diallyl tiosulfonate atau diallyl disulfide). Pada saat bawang putih (Allium sativum) dipotong enzim alinase akan diaktivasi dan alliin berubah menjadi allicin, selanjutnya allicin dimetabolisme menjadi vinyl-ditiines ( WHO, 1999).
kandungan bawang putih (Allium sativum) tiap 100 g adalah 140 kkal, air 63.8 g, karbohidrat 28.2 g, protein 5.3 g, minyak 0.2 g dan selulosa 11 g (Concagul dan Elros, 2010). Komponen utama dalam bawang putih (Allium sativum) yang mempunyai fungsi sebagai antibakteri adalah kandungan sulfur didalamnya
(Uzodike and Igwe, 2005). Bawang putih (Allium sativum) mempunyai kandungan sulfur yang tinggi. Kandungan sulfur pada bawang putih (Allium sativum) berada di Diallyl thiosulfinate (allicin) dan juga Diallyl disulfide (ajoene).
Allicin adalah komponen sulfur bioaktif utama yang terkandung dalam bawang putih. Allicin ini hanya akan teradi apabila bawang putih (Allium sativum) di gerus atau dipotong. Pada saat bawang putih (Allium sativum) dimemarkan atau dipotong. Pada saat bawang putih (Allium sativum) dimemarkan maka akan terjadi kerusakan membrane sel dan kerusakan ini akan mengaktifkan enzim allinase.
Allin yang tekandung dalam sel bawang putih (Allium sativum) akan berubah menjadi allicin. Allicin merupakan senyawa yang bersifat tidak stabil, senyawa ini dalam waktu beberapa jam akan kembali dimetabolisme menjadi senyawa sulfur lain seperti vinyldithiines dan Diallyl disulfide (ajoene) yang juga memiliki daya antibakteri berspektrum luas, namun dengan aktivitas yang lebih kecil. Bawang putih (Allium sativum) mempunyai kemampuan sebagai antibakteri baik pada bakteri gram positif, gram negatif dan bakteri penghasil asam. Termasuk didalamnya Sallmonella dan Escerichia coli (Bayan et al., 2006). Kemampuan Bawang putih (Allium sativum) sebagai anti bakteri dipengaruhi oleh bahan pengekstraknya.
Khasiat :
Bawang putih (Allium sativum) mempunyai sifat sebagai zat antibakteri pada bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Stretococcus pneumoniae dan Pseudomonas aerugiosa. Bakteri patogen ini dihambat oleh bawang putih (Allium sativum) karena bawang putih (Allium sativum)
menghasilkan zat akti yaitu minyak atsiri, alicin, ajone dan flavonoid.
Bawang putih memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, antara lain:
- Mencegah penyakit jantung dan stroke dengan menurunkan tekanan darah dan kolesterol.
- Membantu mengobati infeksi dan peradangan.
- Meningkatkan kekebalan tubuh.
- Mencegah kanker tertentu.
- Mengurangi gejala flu dan batuk.
Manfaat Lain :
- Mengobati sakit gigi dan gusi.
- Mengurangi peradangan sendi.
- Membantu mengatasi insomnia.
- Meningkatkan pencernaan.
- Mengurangi stres dan kecemasan.
Cara Mengonsumsi :
- Dimakan mentah atau direbus.
- Dibuat menjadi suplemen.
- Dicampur dengan makanan.
- Dibuat menjadi minyak bawang putih.



